Senin, 27 Agustus 2012

CINTA PERTAMA DAN TERAKHIR

Pagi itu pagi yang indah. Saat ku terbangun dari tidurku. Ku buka jendela kamarku, dan ku hirup udara pagi nan sejuk sesejuk hatiku pagi ini. Burung-burung yang berkicau seakan-akan menyambutku dengan penuh ceria. Dan udara pagi menyambutku dengan penuh senyuman. Dan disitu aku melihat kumbang-kumbang menghampiri bunga-bunga yang berada di taman. Hatiku bertanya “ Seandainya aku memiliki kekasih seperti kumbang dan bunga yang selalu menyempurnakan kekurangan mereka”
***
Pagi yang indah itu pun mulai terhalang oleh sang waktu. Siang yang hangat pun datang menggantikan pagi. Di siang hari seperti biasa aku membantu orang tuaku untuk berjualan. Setelah selesai membantu orang tua, aku bergegas pergi ke taman untuk menenangkan diri dan menyegarkan pikiranku.
***
Ku tatap setiap bunga-bunga cantik di taman dengan penuh harapan dan impian. Dan tak terasa waktu pun terus berputar dengan cepatnya, namun aku tak ingin meninggalkan tatapanku kepada bunga-bunga tersebut.
***
Tiba-tiba aku menoleh ke samping dan aku melihat seseorang yang tak ku kenal, sosoknya sangat tampan dan membuat aku makin penasaran. Menatapnya bagaikan aku menatap bunga yang indah di taman. Ingin rasanya aku berkenalan dengannya.
***
Aku mulai salah tingkah. Antara senang dan.... entahlah. Hatiku pun bertanya-tanya. “ Apakah ini namanya cinta? Apakah ia cinta pertamaku?”.
***
Aku pun langsung berdiri meninggalkan kursi taman dan mulai menghampirinya dengan penuh semangat. Aku ingin sekali mengenalnya. Sekedar kenal dan menjadi teman atau sahabat pun tak apa.Akhirnya aku pun berkenalan dengannya.
***
“Hey, lagi apa disini?” sahutku. Lalu dia merespon pembicaraanku, “ Hay juga, hanya sekedar refreshing saja  “. Dengan penuh percaya diri aku pun mulai memperkenalkan diriku dan menanyakan namanya. “ oh iya, aku Rena Anastasia. Panggil aja aku Rere atau Rena terserah kamu. Kalo kamu?”. “ Aku Gabriel, senang berkenalan denganmu Rena”.
***
Seusai perkenalan, kita pun jalan-jalan mengitari taman itu. Nyaman, itu yang aku rasakan saat aku berada di sampingnya. “Padahal kami baru kenal, kok udah akrab ya?” tanyaku. “ itu baru keren, hahaha” jawabnya dengan penuh canda.
***
Hari demi hari pun telah terlewati. Waktu seakan berputar dengan cepatnya. Malam itu, aku diajak dinner oleh gabriel. “Mahhh....baju aku yang waktu itu disimpan dimana? Aku mau memakainya malam ini” Sahutku kepada sang mama yang saat itu sedang memasak. “ Di lemari nak, cari aja”.
***
Malam hari pun telah tiba. Setelah aku merapihkan diri, mengganti pakaian dan mempercantik penampilanku. Aku pun bergegas ke restoran dengan menggunakan mobil pribadiku sendiri. Senang, gembira semuanya ada di dalam hati aku.
***
Setelah sampai, aku pun segera pergi menuju meja yang sudah disediakan. Disana ada seseorang yang tampan menantiku. Gabriel yang telah 50 menit menantiku disana menyambutku dengan senyuman. Aku pun segera duduk di kursi berhadapan dengan Gabriel. Lalu Gabriel menarik tanganku dan memegangnya erat penuh harapan. “ Ren, saat pertama aku menatapmu, aku jatuh hati padamu. Sejak aku mengenalmu, rasanya hidupku bagaikan bunga di taman itu yang mekar karena kehadiran sang kumbang dan kupu-kupu melengkapi dan mewarnai hariku. Maukah kau menjadi pasangan hidupku?”
Setelah mendengar perkataan dia, hati aku bagaikan bunga yang bertaburan, memancarkan sinar cahaya cinta penuh harapan. Aku pun mengiyakan dan akhirnya kami resmi menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai.
***
Satu tahun tlah kita jalani sebagai sepasang kekasih. Aku mulai merasa dia seakan jauh dan menjauh dariku. Dulu, tiap hari kita bertemu. Namun kini, aku merasa kesepian dan merasa ada yang kurang.
Suatu hari, aku di telpon oleh dia. Ketika itu dia berbicara “Sayang, maaf aku tidak memberimu kabar. Aku ingin kamu sekarang juga ke Taman tempat pertama kita jumpa dulu, aku menunggu”.
Langsung dia tutup telponnya. Aku pun bergegas ke taman itu dengan menggunakan sepeda kesayanganku. Ku kayuh sepedaku dengan kencang agar dia tak menunggu lama. Angin pada saat itu sangat banyak, membuat rambutku menjadi berantakan.
***
Sesampainya di taman, aku mulai merasa ada yang aneh. Perasaanku tidak seperti biasanya. Aku merasa gelisah dan aku mulai merasakan dia akan pergi. Tapi dengan penuh keyakinan, aku melupakan pikiran negatifku itu.
Lalu dia berbicara kepadaku “ Maaf kalo aku terlalu mendadak mengajakmu ketemuan, aku hanya ingin menyampaikan satu hal penting untuk kamu. Tapi kamu jangan bersedih ya?”
“ iya tak apa sayang, aku lakukan apapun demi kamu, apa yang akan kamu sampaikan kepadaku? Katakanlah, aku tak akan membuatmu kecewa”
“ Aku ingin meninggalkan kota ini, dan mungkin itu berdampak pada dirimu juga. Namun, hubungan kita tak akan berhenti sampai disini, karena kita telah melewati hari-hari bahagia dengan penuh keikhlasan.” Jawabnya dengan tetes air mata yang mengalir di pipinya.
Aku terdiam sejenak. Tak tahu apa yang harus aku katakan lagi dan bagaimana aku menyikapinya. Aku bersedih karena cintaku akan pergi walau sementara. Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa aku bisa melewati rintangan ini. “ Kalau ini yang terbaik untuk kamu dan aku, aku tak akan melarangmu meninggalkan kota ini, aku akan terus mencintaimu dan akan ku jaga hati ini untuk dirimu”.
***
Dia pun tersenyum dan langsung masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkanku sendiri di taman itu. Air mataku mengalir deras. Aku mencoba ikhlas. “lagi pula ini kan hanya sementara. Ganbatte Rena san,!! Bangkit... go go go semangat !!”. Aku pun langsung pergi meninggalkan taman itu dan kembali ke rumah.
***
Hari-hari kini ku lewati sendiri. Dan beberapa tahun kemudian aku mendapat kabar dari orang tua Gabriel. “Tidakkk, ini seharusnya tidak terjadi, mengapa dia tidak pernah mengatakannya kepadaku? Mengapa dia menyembunyikan semua ini?”.
***
Gabriel Natadiningrat, sosok lelaki yang mewarnai hariku kini terbaring lemah tak berdaya di ruang ICU. Tatapanku kosong sambil menggenggam erat tangannya yang lemas dengan harapanku yang ingin kembali tersenyum dengan dia. “Cepat bangun sayang, ku ingin kita bersama lagi seperti dahulu. Cepat sembuh sayang, ku yakin Tuhan takkan tega memisahkan kita berdua.” Tak sadar air mataku mengalir saat aku mengatakan itu.
Tante mischelle, begitu akrab dipanggil olehku, dia menghampiriku dan berkata “kamu benar-benar wanita yang hebat. Sabar ya sayang”.
Setelah itu, alat pendeteksi detak jantung berhenti dan menunjukkan garis lurus.
Gabriel, kini telah di panggil Tuhan. Ia pergi meninggalkan aku selama-lamanya dan tak akan kembali lagi. Air mataku mengalir kian deras. Aku tak menyangka dia akan meninggalkanku secepat ini. “Tuhan, mengapa kau ambil dia yang aku cinta? Mengapa tidak aku saja?” jeritku sambil menangis. “Sudahlah, jangan kau sesali, ini adalah cobaan dan Takdirmu. Mungkin sudah waktunya Gabriel kembali ke pangkuan Tuhan. Sabar, ikhlas dan tawakal ya nak” nasihat tante.
***
Keesokan harinya, keluargaku dan keluarganya termasuk aku mengantarkan Alm.Gabriel ke tempat peristirahatan ia yang terakhir. Dengan penuh kesedihan aku merelakan dia terbaring di alam sana. Aku yakin Tuhan akan menjaganya.
Selamat jalan kekasih, selamat jalan sayang, do’aku tak akan putus untukmu. Cintaku tak akan pudar sampai aku menyusul kepergianmu.
END
karyaku.venna_morizka

Tidak ada komentar: