Terkadang aku tak mengerti tingkah teman-teman satu
sekolahku, mereka seakan benci padaku. Beda sekali dengan teman pada masa aku
SMP. Waktu SMP aku menjadi ketua osis dan sangat di segani oleh murid-murid.
Awalnya saat itu aku pede aja, karena aku masih belum
mengerti. Saat itu pemilihan ketua kelas di kelas baruku. Aku optimis untuk
menjadi ketua kelas dan akhirnya mereka menunjukku sebagai ketua kelas.
Alhamdulillah. Kami sekelas memang belum mengenal satu sama lain, masih
malu-malu berkenalan dan masih menyesuaikan diri di sekolah baru,kelas
baru,teman baru dan suasana baru. Mereka mengira agama aku kristen karena wajah
aku yang mirip orang china padahal aku Islam 100%. Itulah awal mula mereka
menjauhi aku dengan alasan beda agama. Lalu aku jelaskan kepada mereka bahwa
aku Islam, dan merekapun percaya.
Aku menjalani hariku dengan enjoy, aku tak memilih-milih
teman. Bagiku mereka semua sama, sehingga aku mendekati semua teman baruku.
Namun, rasanya mereka semua tidak welcome kepadaku, mereka seolah tak mau aku
menjadi temannya. Semua tingkahku serba salah di mata mereka. “hey, laggi pada
apa nih? Boleh aku gabung?” tanyaku kepada teman-teman yang sedang mengobrol.
Entah apa yang mereka omongin, sehingga aku tidak di perdulikan seperti itu.
“ko mereka cuek sama aku? Emang aku punya salah apa?” tanyaku dalam hati.
Keesokan harinya, seperti biasa aku mencoba mendekati mereka,
namun hingga saat ini mereka masih seperti kemarin. Aku hanya bisa bersabar
menghadapi teman seperti ini, “mungkin mereka sibuk sehingga tak bisa ku
ganggu” ucapku dalam hati. Terkadang aku tak mengerti mengapa mereka seperti
itu. “ni, lo kan ketua kelas, panggilin guru dong kalo guru belum dateng,
jangan diem aja. Percuma lo jadi KM ga berguna” suara salah satu teman yang
menyuruhku aku memanggil guru,namun dengan nada ketus. Dan aku pun menjawab
“iya”.
Akhirnya aku menuju ke ruang guru, memanggil seorang guru
matematika karena pada saat itu pelajaran matematika. Sesampainya di kelas, aku
kembali fokus kepada pelajaran dan tak memikirkan kata-kata temanku yang
sebenarnya menyakitkan hati.
Pelajaran pun telah selesai, saatnya aku dan teman-teman
pulang. Tiba-tiba, ada salah satu teman yang kebetulan duduk disampingku dan
menanyakan “Kenapa? Kok diem aja?” akupun menjawab “ ga papa”. “Pulang bareng
yuk” “yuk”. Akhirnya kami berdua pulang bersama. Kebetulan kami satu angkot. Di
angkot aku bercerita kepada dia dan dia pun merespon dengan baik, dia bernama Marsya.
***
Sejak saat itu, aku dan Marsya dekat seperti layaknya
sahabat. Senangnya hatiku ini karena tlah memiliki teman meskipun hanya satu.
Aku selalu menceritakan semua tentangku kepada dia. “Mungkin mereka belum
nerima kamu ajah ni” kata marsya seraya menjawab keluhanku.
Pada saat itu, di sekolah sedang mengadakan beasiswa bagi
yang tidak mampu. Aku ingin sekali mendaftarkan diri karena ibuku hanya seorang
TKI di malaysia yang sampai saat ini belum pulang ke rumah dan tidak di gaji
sama sekali. Ayahku seorang buruh yang tidak menentu penghasilannya. Namun aku
mempunyai ayah angkat yang lumayan kaya, dia adalah guru pada saat aku SMP dan
dia selalu memberikan apa yang aku inginkan. Namun aku tidak mau menyusahkan
beliau karena aku bukan siapa-siapa beliau.
Terdengar di telingaku teman-teman yang sedang
membicarakanku. “mending kita sharing aja biar semuanya cepet kelar” kata salah
satu temanku. Akhirnya aku dan teman sekelasku sharing dan Gita membuka acara
sharing. Tak ku sangka tak ku duga, ternyata mereka membicarakanku. “ni, kamu
tuh kenapa sih? Ga cukup apa kamu? Orang tua membiayai kamu banting tulang,
kamu penampilan serba cukup masih kurang juga kamu?” tanya salah satu temanku
Ria seakan benci sama aku, dan aku pun menjawab “ Orang tua aku ini tidak mampu
ri, bapakku hanya seorang buruh yang tidak tentu penghasilannya, aku hanya
ingin mmbantu meringankan beban orang tuaku, dan orang tuaku juga menyuruhku
untuk mendaptkan beasiswa”. “ maksud orang tua kamu itu beasiswa prestasi ni
bukan beasiswa orang yang tidak mampu, kalo kayak gini mah aku juga layak dong
dapet beasiswa itu,handphone aja bagusan kamu, tas kamu aja taas mahal,
penampilan kamu itu.. aarrghh aku benci kamu ni!!” Ria memarahiku seakan aku
ini salah dan semua temanku menuduh aku seperti itu. Mereka semua marah kepadaku.
Dan aku menjawab “Kalian ini hanya bisa membenci aku, aku disini tidak
mempunyai teman sama sekali, tak ada yang mau mendekati aku dan kenapa aku
serba salah sih di depan mata kalian? Kenapa?”. Karena aku kesal, aku tak tahan
sampai tak sadar aku mengeluarkan air mata. Aku lupa bahwa ada satu teman yang
baik kepadaku. Sehingga dia marah “ni, apa-apaan sih kamu? Selama ini aku
selalu menemani kamu tapi kenapa kamu tak menganggap aku ada? Aku kecewa sama
kamu, aku kecewa.” Marsya pun menangis menahan emosi. Aku hanya bisa terdiam.
Aku tahu ini semua salahku. Aku pun langsung lari menjauhi mereka menuju
ruangan paskibra. Disana aku bisa menenangkan diri, pada hari itu sebenarnya
aku ulang tahun, aku hanya bisa berpikir positif “semoga ini hanya akal-akalan
mereka mengerjai aku di hari ulang tahunku”. Setelah aku tenang, aku langsung
ke kantin membeli biskuit sebanyak 32 bungkus untuk teman-temanku.
Aku meminta maaf kepada teman-teman dan “maaf ya temen-temen,
aku mau bagi ini buat kalian karena hari ini aku ulang tahun”. “makasih ya ni”
jawab teman-teman sambil tersenyum kepadaku.Riri seakan terlalu benci kepadaku
berkata “iihh norak banget sih, caper tau ga kamu tuh, katanya engga mampu,
katanya miskin tapi itu bisa traktir temen-temen. Dasar pembohong!”. Sakit
hati, namun aku hanya bisa bersabar dan bersabar. Setiap hari omongan tak sedap
tentangku selalu terdengar di telingaku. Sampai Marsya pun yang dulu adalah
teman baikku berubah seakan aku adalah musuh dia. Marsya selalu berbicara
kejelekanku pada teman-teman yang membuat semua anak di kelasku membenciku.
***
Setelah aku kelas dua, aku mulai tidak percaya diri lagi.
Posisiku sebagai KM dgantikan oleh kiki. Namun aku harus bertahan, karena aku
tak mungkin pindah sekolah.
Aku jalani hari-hariku sendiri,dan mnghadapinya dengan tegar.
Aku hadapi jalan hidupku dengan senyuman. Ada yang menyukaiku ada yang
membenciku. Tak ku sangka saat aku hanyut dalam lamunanku berdiri sosok
perempuan, dia teman sekelasku bernama linda. “hey ni, ngelamun aja”. Aku pun
menjawab “hehe, iya nih”. “ke kantin yyuk.” Akhirnya kita berdua ke kantin. Tak
ku sangka aku mempunyai teman lagi.Linda yang kebetulan mempunyai teman dekat
juga yanng bernama Nanda. Dan dia pun ingin ikut. Nanda yang selalu bersama
linda kemanapun seakan tak ingin ditinggal. “tinggal ikut aja tuh” jawab linda.
Akhirnya aku kini mempunyai 2 orang teman.
Pada saat itu hari Rabu, sedang asyik belajar, tiba-tiba ada
yang masuk. Ternyata kita kedatangan murid baru dari kuningan. Dia bernama
Dara. Kami bertiga mencoba dekat dengannya. Dan tak ku sangka akhirnya aku
mempunyai 3 orang teman. Setiap pulang sekolah kami selalu ke mall, sekedar
makan-makan di restoran ataupun belanja. Dara yang kebetulan anak orang kaya
selalu mentraktir kita.
Di sebuah mall, kita mencari baju “ehhh coba liat ini” Dara
memanggil kami bertiga. Lalu kamipun menjawab “apa, mana?”. “ini dress bagus
banget, tapi Cuma satu, ada yang mau beli? Akunya engga punya uang hari ini”.
Aku pun menjawab” pengennya sih beli, tapi aku juga lagi engga punya uang.” “
ya udah deh lain kali aja”. Dress itu adalah dress impian kami berempat, bagus
dan elegan. Namun sayangnya uang kami tidak cukup untuk membeli dress tersebut.
Akhirnya aku menikmati hari indahku bersama mereka. Selalu
bersama. Pada saat itu malam minggu, aku dan teman-temanku keluar menikmati
indahnya kota di malam hari. Hingga dini hari masih kita menikmati indahnya
kota. “Bersama dengan kalian adalah kebahagiaan yang tak terganti”.
Pukul 3 pagi kami pun pulang ke rumah masing-masing. Nanda
sms ke aku bahwa dia di marahi abis-abisan sama orang tuanya. Padahal kami
hanya di taman duduk-duduk sambil menikmati bintang, hal positif yang kita
lakukan pada saat itu. Namun orang tua kami semua khawatir.
Keesokan harinya, seperti biasa berangkat ke sekolah. Namun
ada hal yang mengganjal di diri kami. “Dara kemana? Kok engga berangkat?”
tanyaku. Lalu linda menjawab “sakit mungkin”.Yahh, mungkin dia lagi sakit. Satu
hari, dua hari hingga dua minggu lebih Dara tidak masuk dan tidak sms kami.
Kemana Dara, aku tak tau. Terakhir dia bilang kepada kami kalo dia punya cowo
yang udah punya cewe lain. Dia rela di duain oleh cowonya. “Apa karena cowo dia
jadi tidak masuk sekolah?” tanyaku dalam hati. Entahlah.Teman-teman yang lain
berfikir negatif tentang Dara, kmi bertiga hanya bisa terdiam tak mau brkata
apapun karena kami tak tahu tentang keadaan dara sebenarnya.
Akhirnya kami kembali bertiga, tak ada Dara terasa hampa.
“engga ada yang traktir kita lagi nih” seru linda. “iya nih,” jawab nanda.
Keesokan harinya, aku melihat nanda dan linda berdua di pojok
kelas, aku melihat linda sedang menangis. Aku menanyakan apa penyebab linda
menangis. “neneknya meninggal” kata nanda. “Sabar ya nda, jangan nangis lagi.”
Aku mencoba menenangkan hatinya. “yang dekat denganku hanya nenekku, ibu dan
ayah jauh. Lalu kami bertiga menyanyikan lagu yang sering dibawakan D’Massiv
Syukuri apa
yang ada
Hidup adalah
anugrah
Tetap jalani
hidup ini
Melakukan yang
terbaik
Tuhan pasti kan
menunjukan
Kebesaran dan
kuasa-Nya
Bagi hamba-Nya
yang sabar dan tak pernah putus asa
Akhirnya
linda pun terdiam. “Semoga hal ini membuat kamu tegar dalam menjalani setiap
hari-harimu, meski orang yang kamu sayangi telah berada di pangkuan Tuhan,
namun aku yakin dia kan selalu ada di hatimu.”
Terima
kasih sahabat, engkau telah mengisi kekosongan dihatiku. Setelah lama aku di
terpa badai, omongan tak sedap tentangku dari orang yang sangat membenciku.
Namun kalian membawa pelangi keindahan untukku sehingga aku dapat tegar
menghadapi hari-hariku. Selalu berbagi rasa suka dan duka. Kita kan selalu
bersama sampai kapanpun hingga dunia tlah usai.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar